Laju sebuah kendaraan
Yang kadang berputar haluan
Menggetarkan jiwa mereguk ketakutan
Membisik hati tuk kembali
namun ada rasa tuk tetap berdiri
Kala kaki terjejak diatasmu
Badan kaku seakan mimpi
Saat semilir angin menyambutku
Kembali memberi kesegaran cinta
Kutatap untaian hijaumu
Lajur liku menghiasi dirimu
Kuhirup nafas segarmu
Sejuk bagaikan kasihnya
Sungguh engkau telah memberikan
Sebuah kedamaian dalam cintaku
Harapan baru kini tiba
Kenangan indah bersama kita
Di puncak taraju
Tasikmalaya, Januari 2000
Mr_Moed
Wednesday, May 25, 2011
Sunday, May 22, 2011
Tatapan Sayu Menuju Jalan Buntu
Angin menyapu debu
Jalan lurus dan halus
Satu arah berlagu tiada lelah
Waktu kian berlalu
Angin menatap sayu
Arah hutan dan desa
Angin
Desa
Jalan
Hutan
Daun
Debu
Tiada tersapu kembali
Mana jalanku
Tasikmalaya, September 1999
Mr_Moed
Jalan lurus dan halus
Satu arah berlagu tiada lelah
Waktu kian berlalu
Angin menatap sayu
Arah hutan dan desa
Angin
Desa
Jalan
Hutan
Daun
Debu
Tiada tersapu kembali
Mana jalanku
Tasikmalaya, September 1999
Mr_Moed
Tatkala kita dihadapkan pada dua pilihan walaupun itu pahit dirasakan wajib hukumnya bagi saya memilih salah satu dari dua pilihan tersebut, mana yang terbaik menurut keyakinan hati dan mana yang kira-kira bisa menimbulkan resiko dikemudian hari adalah pertimbangan yang menjadi panduan saya memilih jalan.
Label:
Puisiku
Mimpi Terindahku
Kulihat mimpiku
Pada dua kepala manusia
Kala sang malam kan tiba
Atau pagi hendak pergi
Kulihat mimpiku
Pada dua tangan manusia
Ketika kujalan berdua
Atau pergi sendiri
Kulihat mimpiku
Pada jiwa dua manusia
Saat cinta ditebarnya
Atau kasih menghampiri
Kulihat mimpiku
Mimpi terindahku
Pada diri mereka
Dua anak manusia
Tasikmalaya, 09 Oktober 2001
Mr_Moed
Pada dua kepala manusia
Kala sang malam kan tiba
Atau pagi hendak pergi
Kulihat mimpiku
Pada dua tangan manusia
Ketika kujalan berdua
Atau pergi sendiri
Kulihat mimpiku
Pada jiwa dua manusia
Saat cinta ditebarnya
Atau kasih menghampiri
Kulihat mimpiku
Mimpi terindahku
Pada diri mereka
Dua anak manusia
Tasikmalaya, 09 Oktober 2001
Mr_Moed
Peran orang tua pada anaknya sangatlah besar, melalui do'a merekalah izin Alloh SWT akan senantiasa mengalir pada anak-anaknya. Pada saat itu kulihat mimpi saya ada pada mereka dan alhamdulillah...... sekarang saya merasakan bahwa Alloh SWT telah mengabulkannya tanpa kurang sedikitpun dengan apa yang saya impikan pada saat itu. (bocoran : saat itu saya bermimpi bisa kuliah tanpa merepotkan orang tua)
Label:
Puisiku
Saturday, May 21, 2011
Mungkinkah Aku
Mungkinkah aku
Mengenalmu setelah tiga sebelummu
Mungkinkah aku
Bersamamu walau sekejap
Mungkinkah aku
Menyelami kehangatanmu
Mungkinkah aku
Bergelut bergumul bersamamu
Mungkinkah aku
Menerawangi khayal dalam pelukmu
Mungkinkah aku
Mengibarkan bendera juara
Mungkinkah aku
Karna kamu yang selalu kurindu
Duhai bangku kuliah....
Tasikmalaya, 20 September 2001
Mr_Moed 00.30 WIB
Mengenalmu setelah tiga sebelummu
Mungkinkah aku
Bersamamu walau sekejap
Mungkinkah aku
Menyelami kehangatanmu
Mungkinkah aku
Bergelut bergumul bersamamu
Mungkinkah aku
Menerawangi khayal dalam pelukmu
Mungkinkah aku
Mengibarkan bendera juara
Mungkinkah aku
Karna kamu yang selalu kurindu
Duhai bangku kuliah....
Tasikmalaya, 20 September 2001
Mr_Moed 00.30 WIB
Alhamdulillah... pada tahun 2004 saya bisa mengenyam bangku kuliah di STIE Muhammadiyah Tangerang (sekarang Universitas Muhammadiyah Tangerang), dengan seizin Alloh SWT Alhamdulillah dan doa tulus dari kedua orang tua serta kakak-kakak tercinta pada tahun 2008 saya dan istri bisa menyelesaikan perkuliahan dengan lancar. Dengan seizin Alloh SWT dan doa mereka pula tiga berkah yang saya dapat pada saat wisuda yaitu ijasah, istri dan anak..Alhamdulillah.
Label:
Puisiku
Air Mata
Cucuran air mata menetes
Bergantian tiap detiknya
Mengikuti suara detak
Laju jarum jam setiap malamnya
Cucuran air mata menetes
Kala sang khayal datang
Membawa menerawangi segala mimpi
Kepada sebuah harap yang kian memudar
Cucuran air mata menetes
Bergantian tiap detiknya
Menandakan sebuah keputusasaan
Pada jiwa yang hampa
Menandakan sebuah kematian
Pada rasa yang sirna
Cucuran air mata menetes
Setiap malamnya dan akan berhenti
Kala mimpi ditelan sunyi
Datangnya sang pagi
Tasikmalaya, 20 September 2001
Mr_Moed
Bergantian tiap detiknya
Mengikuti suara detak
Laju jarum jam setiap malamnya
Cucuran air mata menetes
Kala sang khayal datang
Membawa menerawangi segala mimpi
Kepada sebuah harap yang kian memudar
Cucuran air mata menetes
Bergantian tiap detiknya
Menandakan sebuah keputusasaan
Pada jiwa yang hampa
Menandakan sebuah kematian
Pada rasa yang sirna
Cucuran air mata menetes
Setiap malamnya dan akan berhenti
Kala mimpi ditelan sunyi
Datangnya sang pagi
Tasikmalaya, 20 September 2001
Mr_Moed
Kadang apabila keputusasaan telah datang kita enggan tuk bercerita pada siapapun, malam hari adalah waktu yang ideal untuk berkeluh kesah baik bercerita pada diri sendiri melalui coretan pena atau numpang meneteskan air mata pada pundak seorang sahabat, kadang kita enggan bercerita pada orang tua dengan seribu satu alasan akan tetapi saran saya kepada para pembaca apabila kita dikondisikan pada situasi seperti ini silahkan curahkan di tempat yang anda sukai dan satu hal yang paling penting adukanlah keputusasaanmu itu pada Tuhan. Bagi saya pribadi sebagai muslimin idealnya mengadu pada Alloh SWT adalah pada saat 3/4 malam atau dinihari.
Label:
Puisiku
Aku Adalah Sinar Yang Terpancar
Bila saja datang batasku
Aku ingin bunga memaafkanku
Karna sinar yang terpancar
Membuat hidupnya terbakar
Sebelum bunga hendak mekar
Diantara indahnya taman kehidupan
Bila saja datang batasku
Aku ingin bunga tak lupakan aku
Agar sinar yang pernah meresap
Kedalam raga sukma bunga
Menguapkan madunya hingga kering
Tak kan lagi kepanasan
Bila saja datang batasku
Ingin sekali kukatakan bahwa aku
Adalah sinar yang terpancar
Pada bunga yang terindah
Tasikmalaya, 02 Maret 2000
Mr_Moed
Aku ingin bunga memaafkanku
Karna sinar yang terpancar
Membuat hidupnya terbakar
Sebelum bunga hendak mekar
Diantara indahnya taman kehidupan
Bila saja datang batasku
Aku ingin bunga tak lupakan aku
Agar sinar yang pernah meresap
Kedalam raga sukma bunga
Menguapkan madunya hingga kering
Tak kan lagi kepanasan
Bila saja datang batasku
Ingin sekali kukatakan bahwa aku
Adalah sinar yang terpancar
Pada bunga yang terindah
Tasikmalaya, 02 Maret 2000
Mr_Moed
Sebuah resiko dari hasil keputusan adalah dibenci orang lain, siapa yang salah ? tidak ada....semua baik tapi ada yang lebih baik.
Label:
Puisiku
Tuesday, May 10, 2011
Kutandai Malam Ini
Kutandai malam ini
Dengan air mata
Yang tak pernah lusuh
Agar semua orang tahu
Malam ini dan sebelumnya
Selalu aku tandai
Atau mungkin malam seterusnya
Kutandai malam ini
Dengan rangkaian kata
Yang tak pernah patah
Agar semua orang tahu
Malam ini dan sebelumnya
Selalu aku tandai
Atau mungkin malam seterusnya
Aku tandai malam ini
Dengan air mata
Yang tak pernah lusuh
Dan rangkaian kata
Yang tak pernah patah
Agar semua orang tahu
Dan juga engkau
Tasikmalaya, 10 Mei 2001
Mr_Moed 22:30 WIB
Dengan air mata
Yang tak pernah lusuh
Agar semua orang tahu
Malam ini dan sebelumnya
Selalu aku tandai
Atau mungkin malam seterusnya
Kutandai malam ini
Dengan rangkaian kata
Yang tak pernah patah
Agar semua orang tahu
Malam ini dan sebelumnya
Selalu aku tandai
Atau mungkin malam seterusnya
Aku tandai malam ini
Dengan air mata
Yang tak pernah lusuh
Dan rangkaian kata
Yang tak pernah patah
Agar semua orang tahu
Dan juga engkau
Tasikmalaya, 10 Mei 2001
Mr_Moed 22:30 WIB
Malam adalah sahabat sejatiku saat itu kadang sampai saat ini juga malam adalah saat yang indah untuk bercengkrama dengan pena, karena dia yang selalu menemani kala diri ini dirudung gelisah kala diri berprasangka bahwa semua tak ada yang peduli (maaf..prasangka buruk adalah sifat jelek,jangan ditiru). Walau saat itu tak ada yang tahu tapi kini mungkin semua bisa tahu lewat tanda yang saya buat lewat coretan ini.
Label:
Puisiku
Saturday, May 7, 2011
Tangisku
Bulan...Seandainya engkau tahu
Dalam pancaran cahayamu
Diantara himpitan awan putih
Aku menangis resah
Bulan...Seandainya engkau tahu
Dalam bulat lingkar purnamamu
Diantara kedipan bintang-bintang
Aku menangis gelisah
Bulan...Seandainya engkau tahu
Dalam kehangatan sinarmu
Diantara resapan dingin angin malam
Aku menangis gundah
Bulan...Seandainya engkau tahu
Saat mentari menjelma bumi
Dan tak mampu lagi menyinari
Aku menangis untukmu
Tasikmalaya, 07 Mei 2001
Mr_Moed 23:00 WIB
Dalam pancaran cahayamu
Diantara himpitan awan putih
Aku menangis resah
Bulan...Seandainya engkau tahu
Dalam bulat lingkar purnamamu
Diantara kedipan bintang-bintang
Aku menangis gelisah
Bulan...Seandainya engkau tahu
Dalam kehangatan sinarmu
Diantara resapan dingin angin malam
Aku menangis gundah
Bulan...Seandainya engkau tahu
Saat mentari menjelma bumi
Dan tak mampu lagi menyinari
Aku menangis untukmu
Tasikmalaya, 07 Mei 2001
Mr_Moed 23:00 WIB
Label:
Puisiku
Subscribe to:
Posts (Atom)