HIDUP BAGAIKAN SAMUDERA, MAKIN KE TENGAH KIAN BESAR OMBAKNYA (Mr_Moed)

Wednesday, August 1, 2012

Safety Riding dan Emotional Control Saat Berkendara Motor

Utav with "the blue white"
Ada suatu kepuasan tersendiri tatkala saya dan teman bahkan istri menyusuri jalanan aspal ataupun koral dengan mengendarai si kuda besi. Selain dapat dengan leluasa menikmati pemandangan kiri dan kanan juga bisa menghirup udara segar, sayapun sangat puas dan semangat menikmati setiap liukan jalanan berbelok, ataupun kendati demikian harus menggeber gas saat mendapati jalanan yang lurus dan kosong, memicu adrenalin seakan diriku adalah titisan sang legenda idola saya valentino rossi...haha ngimpiii... hingga tak terasa kadang speedometer mengingatkan saya bahwa jarumnya sudah mencapai 110-120 km/jam, akupun terhenyak dan spontan mengendurkan pegangan tangan teringat akan prinsipku di jalanan mengenai safety riding dan emotional control.

Meskipun sudah beberapa kali mudik Tangerang-Tasik menggunakan motor tapi itu tidak memberikan kepuasan kepada saya dalam hal menikmati suatu perjalanan, yang ada panas dan "eungap" hehe....bayangin aja bro, kurang lebih 8 jam perjalanan tanpa istirahat (paling berhenti sejenak karna isi bensin dan shalat) jalanan penuh dengan pemudik, apa yang mau dinikmati ? yang ada malah pandangan terfokus samping kanan kiri depan belakang karena takut kesenggol pengendara lain, cukup menguras energi.

Namun sejak pernikahan saya di tahun 2006 membuat kebiasaan menunggangi si kuda besi jadi hal yang berbeda, diawali dengan menikmati jalanan berdua dengan pelukan hangat sang istri (prkitiww.....) dan kepedulian saya akan keselamatan istri tercintah (ehem...idungnya jangan kembung bun..xixixi) saya pun mencoba mendalami trik dan tips tentang safety riding dan emotional control secara perlahan, saya ambil dari pengalaman selama di jalan dan sedikit banyak membaca koran ataupun majalah yang mengupas tentang hal tersebut karena sejak pernikahan itu intensitas berkendara pun semakin sering, dari mulai rutinitas harian sampai mencari tempat tuk berlibur, yaitu :
1. Antar jemput istri bekerja
4. Tangerang - Puncak Bogor

Pangandaran, 22-25 Maret 2012
Dari situ saya mempelajari bagaimana saya memproteksi diri dengan berbagai perlengkapan pendukung seperti helm full face, masker, jaket, sarung tangan, pelindung dada, pelindung siku dan tangan, pelindung lutut dan kaki, sepatu yang menutupi hingga diatas mata kaki, sepatu boot khusus buat hujan. Dan saya pun mempelajari bagaimana situasi serta kondisi di sekitar seperti karakter jalan {jalanan kering atau basah, tikungan, posisi lubang, gundukan, turunan, tanjakan dsb}, karakter pengendara motor {kecepatan dan gaya pengendara lain yang bisa menggangu konsentrasi}, karakter pengendara mobil angkutan umum ataupun pribadi {kecepatan dan gaya mengemudi terutama angkutan umum yang sering berhenti mendadak}, karakter pribumi {kadang pejalan kaki atau penyeberang jalan ada yang hati-hati tapi kadang juga ada yang nylonong begitu saja, warga sekitar pinggir jalan yang membiarkan anak-anaknya bermain tanpa ada pengawasan orang tua}, karakter teman dibelakang yang dengan setia nempel di punggung {emosional ataupun ketahanan tubuh yang dibonceng berpengaruh kepada emosional kita dan keseimbangan motor jadi sering seringlah berkomunikasi dengan isyarat yang bisa dimengerti}, di setiap jalur yang dilewati karakternya pasti berbeda beda sehingga saya harus merespon semua itu dengan keahlian dan insting berkendara serta mengontrol emosi dengan baik. Selain itu juga saya memperhatikan fasilitas penunjang untuk kebutuhan pribadi ataupun si kuda besi disekitar jalur yang dilalui. Dengan demikian seandainya di lain waktu saya harus kembali menempuh jalur tersebut sedikit banyak saya sudah mengantongi berbagai macam informasi tentang jalur yang akan dilewati.

Pesan dari saya buat brother semua, dijalanan kita bukan hanya sekedar harus hati-hati tapi juga harus waspada  karena kecelakaan terjadi diakibatkan oleh kelalaian sendiri dan orang lain.


No comments:

Post a Comment