Berjalan
perlahan tapaki jejak silam
Telusuri
cerita lama bersama lampu temaram
Terawangi
kisah bocah sang kelana
Rindu
kehangatan ayah bunda
Jelajah
bersama ayah bunda muda
Dibarengi
kaki besi setia menemani
Aku
duduk diapit terlindungi
Tanda
kasih dan cinta seorang bunda
Panutan
hati pergi tebarkan ilmu
Langkah
semangat tak pernah lelah
Pujaan
jiwa tunggangi mesin kayu
Pandangi
aku tiada menyerah
Hari
berganti minggu berlalu
Tanpa
letih berjibaku dengan waktu
Rupa
tak muda tetap tebarkan ilmu
Wajah
tak layu tetap tunggangi mesin kayu
Duhai ayah bunda yang sudah tak lagi muda
Sepotong
cerita habiskan lamunan
Lamunan
panjang hanya untuk satu tanya
Kisah
apa kudapat nanti jika kini kita tiada bersama
Tangerang, 20 Desember 2011
Mr_Moed 01:00 WIB
"Mesin Kayu" (tustel:Sunda) |
Dulu ketika aku masih usia 2,5 tahun pernah diajak berkendara sama bapak pake "kaki besi" (motor) dari Tasik-Cijulang-Pangandaran untuk mengunjungi "uwa" (kakak bapak) di cijulang ciamis, tiga tempat yang menempel di memoriku hingga saat ini, pertama;ketika sampai dirumah uwa, ketika itu uwa sedang menjemur pakaian. kedua;ketika aku muntah (mabuk perjalanan) di perjalanan menuju pangandaran,kami berhenti disebuah warung yang jauh ke perkampungan dan kanan kiri ditumbuhi ilalang yanglumayan tinggi. ketiga;ketika kami sampai di pangandaran dan membeli klomang di baskom kaleng yang warna loreng.
Bapak adalah seorang guru yang selalu "tebarkan ilmu" pada setiap anak di sekolah, entah kenapa waktu itu bapak tak pakai lagi si "kaki besi" namun tak pernah lelah walau jarak berkilo-kilo bapak terus melangkah. Sementara dirumah ibu tak mau kalah, sambil mengurus anak-anaknya ibu duduk di "mesin kayu" (alat pembuat tikar mendong-*tustel:sunda*) lalu berkarya dan hasilnya disetor ke bos tikar, sebagai imbalan ditukar dengan rupiah perlembarnya. Kegiatan itu mereka lakukan hingga aku beranjak masuk SMA, mereka lakukan itu hanya untuk anak-anaknya semata....Barakallahulakuma....